Rabu, 04 September 2019

01.51

Beliau bernama komplet Bob Sadino. Lahir di Lampung, tanggal 9 Maret 1933, meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2015. Beliau akrab di panggil dengan panggilan ‘om Bob’. Dia ialah seseorang entrepreneur asal Indonesia yang melakukan bisnis di bagian pangan serta peternakan. Dia ialah pemilik dari jaringan usaha Kemfood serta Kemchick. Dalam banyak peluang, dia seringkali kelihatan memakai baju lengan pendek serta celana pendek sebagai ciri uniknya. Bob Sadino lahir dari satu keluarga yang hidup berkecukupan. Dia ialah anak bungsu dari lima bersaudara. Pada saat orang tuanya wafat, Bob yang saat itu berusia 19 tahun mewarisi semua harta kekayaan keluarganya sebab saudara kandungnya lainnya telah dipandang hidup mapan. andy soewatdy bisa menjadi solusi untuk kamu.

Bob selanjutnya habiskan beberapa hartanya untuk berkeliling-keliling dunia. Dalam perjalanannya itu, dia berkunjung di Belanda serta tinggal sepanjang kira-kira 9 tahun. Disana, dia kerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan di Hamburg, Jerman. Saat tinggal di Belanda itu, Bob berjumpa dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob serta keluarga kembali pada Indonesia. Dia membawa juga 2 Mercedes kepunyaannya, bikinan tahun 1960-an. Diantaranya dia jual untuk beli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sesaat lainnya masih dia taruh. Sesudah beberapa lama tinggal serta hidup di Indonesia, Bob putuskan untuk keluar dari kerjaannya sebab dia mempunyai kemauan untuk kerja dengan mandiri.

Pekerjaan pertama yang dijalaninya sesudah keluar dari perusahaan ialah menyewakan mobil Mercedes yang dia punya, dia sendiri sebagai sopirnya. Tetapi sayang, satu saat dia memperoleh kecelakaan yang menyebabkan mobilnya rusak kronis.

Sebab tidak punyai uang untuk melakukan perbaikan, Bob berubah pekerjaan jadi tukang batu. Upahnya saat itu cuma Rp.100. Dia juga sudah sempat alami stres karena desakan hidup yang dirasakannya.

Satu hari, temannya merekomendasikan Bob pelihara ayam untuk menantang stres yang dirasakannya. Bob tertarik. Saat beternak ayam itu ada ide berwiraswasta. Bob memerhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Dia mendapatkan ilham, ayam saja dapat berusaha untuk hidup, pasti manusia juga dapat juga.

Jadi peternak ayam, Bob serta istrinya, tiap hari jual beberapa kg telor. Dalam tempo satu 1/2 tahun, dia serta istrinya mempunyai banyak berlangganan, khususnya orang asing, sebab mereka fasih berbahasa Inggris. Bob serta istrinya tinggal di lokasi Kemang, Jakarta, dimana ada beberapa tinggal orang asing.

Sering pasangan itu dimaki konsumen setia, babu orang asing sekalinya. Tetapi mereka mengaca pada diri kita, melakukan perbaikan service. Pergantian mencolok juga berlangsung pada diri Bob, dari pribadi feodal jadi pelayan. Kemudian, lama kelamaan Bob yang memiliki rambut perak, jadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Dia tetap tampil simpel dengan baju lengan pendek serta celana pendek.

Usaha pasar swalayan Bob berkembang cepat, merambah ke agribisnis, terutamanya holtikutura, mengurus kebun-kebun sayur mayur untuk mengonsumsi orang asing di Indonesia. Karenanya dia merajut kerja sama dengan beberapa petani di sejumlah wilayah.

Bob yakin jika tiap langkah sukses tetap dimulai kegagalan untuk kegagalan. Perjalanan wiraswasta tidak semulus yang disangka. Dia serta istrinya seringkali jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomer satu. Yang penting tekad, loyalitas, berani cari serta tangkap kesempatan.

Pada saat lakukan suatu pemikiran satu orang berkembang, gagasan tidak selalu harus baku serta kaku, yang ada di diri satu orang ialah peningkatan dari apa yang sudah dia kerjakan. Kekurangan beberapa orang, kebanyakan mikir untuk bikin gagasan hingga dia tidak selekasnya mengambil langkah. “Yang sangat penting aksi,” kata Bob.

Kesuksesan Bob tidak lepas dari ketidaktahuannya hingga dia langsung terjun ke lapangan. Sesudah jatuh bangun, Bob terampil serta kuasai bidangnya. Proses kesuksesan Bob berlainan dengan kelaziman, harusnya diawali dari pengetahuan, selanjutnya praktik, lalu jadi terampil serta profesional. Menurut Bob, beberapa orang yang mengawali dari pengetahuan, berpikir serta melakukan tindakan serba hebat, arogan, sebab menganggap mempunyai pengetahuan yang melewati orang.

Sedang Bob tetap luwes pada konsumen setia, ingin dengarkan pendapat serta aduan konsumen setia. Dengan sikap semacam itu Bob mendapatkan simpati konsumen setia serta dapat membuat pasar. Menurut Bob, kenikmatan konsumen setia akan membuat kenikmatan diri kita. Karenanya dia tetap berupaya layani konsumen setia sebaik-baiknya.

Bob tempatkan perusahaannya seperti satu keluarga. Semua bagian keluarga Kem Chicks harus sama-sama menghormati, tidak ada yang penting, semua punyai peranan serta kemampuan.

Seseorang Anak Guru
Kembali pada tanah air tahun 1967, sesudah sekian tahun di Eropa dengan pekerjaan paling akhir jadi karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam serta Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, cuma punyai satu kemauan, kerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang menjadi guru kepala di SMP serta SMA Tanjungkarang, wafat saat Bob berumur 19.

Modal yang dia bawa serta dari Eropa, dua sedan Mercedes bikinan tahun 1960-an. Satu dia jual untuk beli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Saat itu, lokasi Kemang sepi, masih terhampar sawah serta kebun. Sedang mobil satunya ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Satu kali, mobil itu disewakan. Nyatanya, bukan uang yang kembali, tapi berita kecelakaan yang merusak mobilnya. ”Hati saya turut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber pendapatan, Bob lalu kerja jadi kuli bangunan.

Walau sebenarnya, jika dia ingin, istrinya, Soelami Soejoed, yang memiliki pengalaman jadi sekretaris di luar negeri, dapat selamatkan kondisi. Tapi, Bob bersikukuh, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang perlu cari nafkah.”

Untuk menentramkan pemikiran, Bob terima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob naik: Dia sukses jadi pemilik tunggal Kem Chicks serta entrepreneur perladangan sayur skema hidroponik.

Lalu ada Kem Food, pabrik pemrosesan daging di Pulogadung, serta satu ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 tunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob jual 40 sampai 50 ton daging fresh, 60 sampai 70 ton daging olahan, serta 100 ton sayuran fresh.

”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob memvisualisasikan kesuksesan upayanya. Ayah dua anak ini lalu memberikan contoh satu hasil fantasinya, dapat jual kangkung Rp 1.000 per kg. ”Di mana juga tidak ada orang jual kangkung pada harga begitu,” kata Bob.

Om Bob, panggilan akrab buat anak buahnya, tidak ingin bergerak di luar usaha makanan. Baginya, bagian yang ditekuninya saat ini tidak ada habis-habisnya. Karenanya dia tidak ingin berkhayal yang beberapa macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini, fans berat musik classic serta jazz. Saat yang paling indah baginya, saat shalat bersama dengan istri serta dua anaknya.

Wafat Dunia
Sesudah sudah sempat dirawat sepanjang dua bulan, entrepreneur nyentrik Bob Sadino pada akhirnya hembuskan napas terakhir kalinya di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di hari Senin, tanggal 19 januari 2015 sesudah berusaha dengan penyakitnya yakni infeksi aliran pernapasan akut.

Bob Sadino disebutkan telah tidak sadar dalam 2-3 minggu. Penyakitnya berkaitan dengan usianya yang telah lanjut dan keadaannya yang semakin alami penurunan sesudah istrinya wafat pada Juli 2014.

0 komentar:

Posting Komentar